Cuaca Dingin di Indonesia Meresahkan Masyarakat, Aphelion kah Itu? Ini Kata BMKG

Cuaca Dingin di Indonesia Meresahkan Masyarakat, Aphelion kah Itu? Ini Kata BMKG
Cuaca Dingin di Indonesia Meresahkan Masyarakat, Aphelion kah Itu? Ini Kata BMKG. (Poto : Pixabay)

JAKARTA | Bisanews.id |Cuaca dingin yang akhir-akhir ini melanda Indonesia telah meresahkan masyarakat. Keresahan itu beredar luas di media sosial. Mereka mengait-ngaitkan cuaca dingin dengan penomena Aphelion.

Lantas apakah Aphelion itu dan benarkah cuaca dingin tersebut diakibatkan oleh Aphelion?

Badan Meteorologi Klimatolohi dan Giofisika (BMKG) menjelaskan fenomena tersebut. Pada laman resmi BMKG mengatakan, Jumat 7 Juli 2023, cuaca dingin diindonesia merupakan hal yang biasa.

“Fenomena suhu udara dingin sebenarnya adalah fenomena alamiah yang biasa terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau , (Juli – September), ” jelas Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat BMKG, Jumat 7 Juli 2023.

Sekarang ini kata BMKG, wilayah Pulau Jawa sampai NTT berada pada musim kemarau. Periode ini ditandai pergerakan angin dari arah timur-tenggara yang berasal dari Benua Australia.

BMKG juga mengatakan, wilayah Australia pada bulan Juli berada dalam periode musim dingin. Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia membuat pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia.

Suhu ini bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudra Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin.

 

“Sehingga mengakibatkan suhu di sebagian wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara) terasa lebih dingin, ” terang BMKG.

Selain dampak angin dari Australia, kata BMKG lagi, berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari.

“Sebab, tidak adanya uap air dan air mengakibatkan energi radiadi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer, ” ungkapnya.

Baca Juga:  Pengurus PWI Sumut Periode 2021-2026 Dilantik

Bukan cuma itu, lanjut BMKG lagi, langit yang awannya cenderung bersih (clear sky) akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar sehingga kemudian mbuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin.

“Terutama pada malam hingga pagi hari. Hal ini yang kemudian membuat udara terasa lebih dingin terutama dialam hari, ” kata BMKG.

Fenomena ini terang BMKG, merupakan hal yang umum terjadi tiap tahun, bahkan hal ini pula yang nanti bisa menyebabkan beberapa wilayah seperti di Dieng dan dataran tinggi atau wilayah pegunungan lainnya, berpotensi terjadi embun es (embun upas) yang dikira salju oleh sebagian orang.

Oleh karenanya lanjut BMKG, kondisi suhu dingin yang melanda sebagian wilayah Indonesia pada periode bulan Juli ini tidak terkait dengan fenomena Aphelion.

Saat Aphelion, posisi matahari tengah berada pada titik jarak terjauh dari bumi.

“Sebenarnya fenomena Aphelion ini adalah fenomena astronomis yang terjadi setahun sekali pada kisaran bulan Juli, ” jelas BMKG.

Meski begitu, kondisi tersebut tidak banyak mempengaruhi fenomena atmosfer atau cuaca di permukaan bumi.

Penjelasan BMKG di atas menjawab pesan broadcast yang beredar di media sosial bahwa cuaca dingin di Indonesia belakangan ini terjadi karena jarak bumi dengan matahari dalam titik terjauh saat periode revolusi atau Aphelion.

Dijelaskan bahwa saat berada di titik Aphelion, cuaca di bumi akan cenderung lebih dingin dibanding periode lainnya.

“Informasi tersebut tersebar dengan sangat cepat dan cukup meresahkan masyarakat, ” jelasnya.

 

Writer: AyEditor: Ayub