SERGAI | Bisanews.id | Ketua Perguruan Silat (PS) Rajawali, Herry Suheiri, membantah tuduhan yang dilayangkan Ketua Asosiasi Penggiat Pencak Silat Budaya Indonesia (APPSBI) Sumatera Utara, Irwan, terkait dugaan pelanggaran dan pengkhianatan yang disebut telah mencoreng nama baik organisasi pencak silat. Pernyataan bantahan ini disampaikan Herry dalam konferensi pers di Sekretariat PS Rajawali, Desa Pematang Cermai, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai, Senin (28/7/2025).
Herry menyatakan bahwa dirinya tidak memiliki kewenangan dalam hal pengelolaan anggaran keberangkatan kontingen pencak silat dari Serdang Bedagai menuju ajang Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS). Menurutnya, seluruh pengurusan anggaran berada di bawah tanggung jawab pihak Komite Olahraga Masyarakat Indonesia Sumatera Utara (KORMISU) dan Ketua APPSBI Sumut.
“Saya tegaskan, saya tidak memiliki pemahaman maupun kewenangan mengenai anggaran FORNAS. Semua itu merupakan urusan dan kebijakan Ketua APPSBI Sumut. Bahkan, saya mendengar langsung dari beliau bahwa anggaran tersebut telah diselesaikan melalui Disparbudpora Sumut,” ujar Herry.
Ia juga mengklarifikasi terkait perannya sebagai manajer tim. Menurut Herry, penunjukannya sebagai manajer dilakukan secara sepihak tanpa konfirmasi atau diskusi sebelumnya. Ia mengaku tidak memahami sepenuhnya tugas seorang manajer tim, dan posisi itu dianggapnya hanya sebagai formalitas belaka.
Herry mengungkapkan, awal mula keterlibatannya bermula saat dirinya diundang dalam rapat oleh Ketua APPSBI Sumut. Dalam rapat tersebut, PS Rajawali ditunjuk untuk mewakili Sumatera Utara pada cabang pencak silat dalam ajang FORNAS. Namun, rapat tersebut hanya berupa pengarahan tanpa pembahasan teknis lanjutan.
“Dalam pengarahan itu disebutkan bahwa tiga orang dari perguruan kami akan berangkat: dua atlet dan satu ofisial. Namun, hanya satu orang yang dibiayai oleh KORMISU, sementara dua lainnya harus berangkat secara mandiri. Saya sempat bertanya soal dana, dan Ketua APPSBI Sumut meyakinkan bahwa tidak perlu khawatir. Saya hanya diminta membuat proposal untuk mencari dana tambahan,” jelasnya.
Meski mengalami keterbatasan waktu dan dukungan, Herry tetap berusaha menyusun proposal dengan menggunakan dana pribadi. Ia juga sempat mengajak pengurus APPSBI Kabupaten untuk membantu, namun karena kesibukan mereka, ia terpaksa mengurus semuanya sendiri.
Sayangnya, dana yang diharapkan tidak terkumpul. Dalam kondisi itulah, Herry diminta oleh Ketua APPSBI Sumut untuk membeli dua tiket pesawat dengan uang pribadi, permintaan yang tak sanggup ia penuhi karena keterbatasan finansial.
Atas hal tersebut, ia kemudian dituding melanggar aturan, berkhianat, hingga mencoreng nama baik organisasi, terutama setelah dirinya diketahui bertemu dengan Wakapolsek Tanjung Beringin Brimen. Pertemuan yang menurut Herry bersifat kebetulan itu memberikan arahan agar dirinya melakukan audiensi ke Pemkab Sergai untuk mencari solusi pendanaan alternatif.
Arahan yang diberikan oleh Wakapolsek inilah berujung pada sasaran ke saya yang dianggap berkhianat kepada Organisasi dari pihak Ketua APPSBI Sumut.
“Saya tidak punya niat sedikit pun untuk merusak nama baik siapa pun, apalagi mengkhianati. Semua langkah yang saya ambil semata-mata untuk mencari solusi terbaik agar atlet pencak silat Sergai tetap bisa berangkat dan bertanding di FORNAS,” tegasnya.
Sebelumnya, Ketua APPSBI Sumut Irwan dalam klarifikasi terkait kegagalan keberangkatan kontingen menuding Herry Suheiri sebagai penyebab masalah. Ia menyebut Herry telah melanggar aturan organisasi, berkhianat, dan mencoreng nama baik pencak silat Sumatera Utara. (Herry)