JAKARTA | Bisanews.id | Masyarakat, khususnya para penyintas perempuan, diajak mewaspadai pengaruh dan propaganda kelompok penganut paham-paham kekerasan di lingkungan masing-masing.
“Kalau mereka (kelompok teror) bisa mempengaruhi kaum hawa, ibu-ibu juga akan mempengaruhi anak-anak dan lingkungannya sehingga tujuannya (kelompok teror) lebih cepat tercapai, jadi ibu-ibu harus lebih waspada,” kata Direktur Perlindungan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Imam Margono, dalam keterangannya terkait acara Forum Silaturahmi Penyintas di wilayah Sumatra Utara dan Aceh pada Sabtu (10/6/2023).
Dilansir dari Info Publik, Imam mengingatkan para korban atau penyintas terorisme dan masyarakat untuk waspada terhadap infiltrasi ideologi atau paham kekerasan.
Dengan demikian, mereka dapat ikut berkontribusi dalam menjaga masyarakat pada lingkungan masing-masing agar tidak mudah terpengaruh paham ideologi kekerasan.
“Akibat dari kejadian (aksi teror) itu Bapak dan Ibu yang jadi korban, sehingga saya mengingatkan mari kita saling mengingatkan menjaga diri terhadap paham-paham itu,” ujar Direktur Perlindungan BNPT.
Menurut Imam, keterlibatan perempuan dalam aksi terorisme terjadi dalam beberapa kasus tindak pidana itu di Indonesia.
Hal itu menunjukkan bahwa perempuan kerap kali dimanfaatkan kelompok teror untuk melakukan aksi kekerasan.
Sebelumnya, penelitian Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) dan sejumlah lembaga riset pada 2020 menyatakan perempuan, generasi muda, dan aktif di internet rentan terpapar radikal terorisme.
“Survei (FKPT) 2020. Perempuan generasi muda dan aktif di internet mencatat indeks potensi radikalisme lebih tinggi sehingga rentan terpapar narasi radikal,” ujar Deputi Kerja Sama Internasional Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Andhika Chrisnayudhanto.
Andika mengatakan, keterlibatan perempuan generasi muda dalam terorisme semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Peningkatan keterlibatan perempuan itu dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah kemajuan teknologi.
Namun, tidak berarti laki-laki tidak rentan terhadap terorisme. Karena kelompok teror memanfaatkan kerentanan masyarakat sehingga baik laki-laki maupun perempuan, dari berbagai latar belakang sosial berpotensi terpapar.
“Oleh karena itu, perlu adanya sinergi dalam memberantas terorisme hingga ke akarnya,” kata Deputi Kerja Sama Internasional BNPT.