Awas Senjata Makan Tuan Bagi Sumut Jadi Tuan Rumah PON XXI 2024

Awas Senjata Makan Tuan Bagi Sumut Jadi Tuan Rumah PON XXI 2024
Zainuddin Lubis selaku pemerhati olahraga Sumut. (Poto : ayu/ist)

Medan | bisanews.id | Jelang pembukaan pesta olahraga terakbar tingkat nasional empat tahun sekali itu, ternyata masih banyak masalah disana-sini yang harus diselesaikan.

Hal itu terlihat dari belum rampungnya beberapa tempat pertandingan maupun kebutuhan atlet dari setiap cabor yang untuk menghadapi PON XXI Aceh-Sumut yang pembukaannya di Aceh pada 9 September 2024 mendatang.

Seperti Sumatera Utara sendiri selaku tuan rumah bersama, masih ditemukan beberapa masalah, sehingga bisa disebut tak siap sebagai tuan rumah PON XXI/2024.

Misalnya TC penuh atlet yang seharusnya jauh-jauh hari dilaksanakan, tersendat karena ketiadaan dana. Padahal KONI Sumut sudah menyiapkan sejak tahun 2023 lalu lewat program latihan jangka panjang yang dipantau langsung pengawas dari KONI Sumut.

Tapi apa hal, waktu yang tinggal hitungan hari lagi, barulah atlet diminta menjalankan program TC penuh. Dan kabarnya tak semua atlet mengikuti progaram TC penuh dari KONI Sumut.
Artinya hanya sebahagian atlet saja.

Begitu juga soal sarana seperti, stadion penutupan di Desa Sena kabupaten Deliserdang dan beberapa venue yang diperuntukkan untuk pertandingan, juga menurut kabar belum rampung seratus persen. Padahal 28 Agustus sudah harus selesai terutama stadion penutupan.

Mirisnya lagi soal peralatan tanding, belum tau kapan bisa diterima para atlet yang ingin bertanding. Sebab pada, Senin (19/8/2024) kemarin baru selesai pendataan kebutuhan yang diperlukan.

Setelah itu, panitia pelaksana akan memanggil pengurus cabor untuk menemui vendor yang bekerja sama dengan PB PON apakah pembelian kebutuhan lewat pengurus atau melalui vendor.

Menyikapi hal itu, pemerhati olahraga kota Medan, Zainuddin Lubis yang ditemui di Medan, Selasa (20/8/2024) sore mengatakan, mau tidak mau pemerintah Sumatera Utara harus disikapi serius agar para atlet tak gusar jelang laga. Sebab bisa saja jadi senjata makan tuan.

Baca Juga:  Ketua Kadin Batu Bara Santuni Anak Yatim dengan Sembako dan Tali Asih

Selain itu, tak adanya sosialisasi menyeluruh ke warga Sumut khususnya kota Medan. Padahal daerah ini menjadi tuan rumah bersama dengan Aceh. Sehingga eforia untuk menyambut pelaksanaan PON, tidak ada sama sekali.

“Seperti PON XVI Jabar dan PON XX Papua, semaraknya sangat terasa bagi warganya yang mana setiap pintu masuk provinsi dan kota umbul-umbul, baliho, banner dan vedeotron dipasang jauh-
jauh hari sebelum tahun, bulan dan tanggal pelaksanaan,” katanya serius.

Salahnya dimana, Zainuddin Lubis mengatakan, ya bisa saja tak ada niat untuk menjadikan perhelatan PON XXI 2024 di Sumut sebagai pestanya para atlet sekaligus peningkatan ekonomi bagi pedagang musiman.

Padahal capres dan cawapres serta pemilihan caleg sudah selesai. Tapi mengapa demam politik, masih terus berada dibenak baik pemerintah. Makanya gaung olahraga jadi hilang

“Itulah anak bangsa ini. Sebab politik selalu disatukan dengan olahraga. Padahal sudah ada ranahnya masing-
masing,” ucapnya serius.

Sebab kalau politik dimasukkan kedalam dunia olahraga, maka akan berantakan yang sudah direncanakan dengan baik. Bahkan bisa jadi bumerang bagi Sumut sendiri yang bersiap menjadi tuan rumah.

“Dan yang harus diingat bagi pejabat daerah ini beserta panitia pelaksana, bekerja sesuai tugas yang diemban terkhusus soal pengguan dana. Sebab usai PON nanti, bakal jadi incaran KPK mengingat kalau tak beres akan diusut tuntas,” pungkasnya mengakhiri.

Sementara Andre selaku pemerhati kondisi Sumut mengatakan, banyak para pejabat di Sumut menjadi orang bodoh disaat akan digelarnya pesta olahraga terbesar ditanah air di Sumut.

Sebab pembangunannya bemasalah, SDM manusianya bermasalah ditambah pemegang anggarannya juga bermasalah.

Kan tak mungkin dilihat masalah itu, ya sudah pasti perhelatan asal jadi kalau memang harus digelar. Padahal yang katanya dana sudah ada, kenapa tak digunakan untuk menghadapi perhelatan PON 2024 sehingga atlet semangat berlatih dan sebagainya.

Baca Juga:  Rp363,7 M Aset Pemko Medan Berhasil Diselamatkan 

“Sepala dana tidak cukup, maka tak usah semua atlet diikutkan bertanding. Itu jauh lebih baik dari pada tak siap tapi dipaksakan. Apakah sudah tradisi dari zaman Belanda, bisa jadi,” kata Andre kesal sekaligus mengakhiri. (ayu)