Kinerja Pemko Medan Atasi Banjir Dapat Kritik Pedas Dari DPRD Medan

Kinerja Pemko Medan Atasi Banjir Dapat Kritik Pedas Dari DPRD Medan
Wakil Ketua Komisi I DPRD Medan, Dr. H. Muslim MSP (Foto : ist)

MEDAN | bisanews.id | Kinerja Pemerintah Kota (Pemko) Medan dalam merespons bencana alam kembali menuai sorotan tajam dari kalangan legislatif, khususnya terkait Penanganan Banjir Medan yang melanda 19 kecamatan pada akhir November lalu.

Kritik keras ini disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi I DPRD Medan, Dr. H. Muslim MSP, yang menilai pemerintah kota belum memiliki kesiapan matang dalam menghadapi situasi tanggap darurat yang berdampak luas bagi masyarakat.

Politisi dari Partai Demokrat ini sangat menyayangkan lambannya pengambilan kebijakan taktis di tingkat kota yang mengakibatkan perangkat kerja di lapangan tidak dapat bergerak cepat menyalurkan bantuan.

Kondisi ini dinilai memperburuk penderitaan warga yang seharusnya mendapatkan perlindungan dan pelayanan prima saat musibah terjadi pada rentang waktu 27 November 2025 lalu.

Menurut Muslim, ketidaksiapan ini terlihat jelas dari birokrasi yang terkesan kaku sehingga kebutuhan mendesak masyarakat terdampak tidak segera terpenuhi dengan baik.

Salah satu poin krusial yang disoroti dalam Penanganan Banjir Medan kali ini adalah, ketiadaan dapur umum yang memadai di titik-titik pengungsian vital.

Muslim mengungkapkan fakta di lapangan, khususnya di kawasan Medan Marelan, di mana banyak lokasi pengungsian tidak dilengkapi dengan fasilitas dapur umum mandiri.

Seharusnya, instruksi pembuatan dapur umum sudah diberikan kepada camat, lurah, hingga kepala lingkungan (Kepling) sejak awal status waspada ditetapkan, tanpa harus menunggu komando berbelit.

Akibat absennya fasilitas ini, warga korban banjir terpaksa harus menunggu kiriman nasi bungkus dari pusat kota yang sering kali terlambat datang karena akses jalan yang terputus banjir.

“Kalau hanya menunggu datangnya makanan dari Pemko Medan, itu jelas sangat lamban, sementara warga yang terkena bencana sudah kelaparan,” tegas Muslim dalam keterangannya pada, Senin (1/12/2025).

Baca Juga:  Tutup Celah Praktik Merugikan Negara, Rico Waas Dorong Digitalisasi Sistem NJOP

Ia menekankan bahwa peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG seharusnya menjadi landasan kuat untuk persiapan logistik yang lebih matang sebelum bencana benar-benar terjadi.

Selain masalah logistik, Muslim juga mengingatkan Pemko Medan untuk tidak terjebak dalam prosedur administrasi yang kaku di tengah situasi darurat kemanusiaan.

Pemerintah kota sejatinya memiliki anggaran Belanja Tidak Terduga (BTT) yang memang dialokasikan khusus untuk keperluan mendesak seperti penanggulangan bencana alam.

Fleksibilitas penggunaan anggaran ini seharusnya bisa dimaksimalkan untuk menolong warga, terutama di wilayah Medan Utara yang mengalami dampak paling parah.

Penderitaan warga semakin lengkap dengan kondisi padamnya aliran listrik selama tiga hari, krisis air bersih, serta terputusnya akses komunikasi telepon dan internet di lokasi bencana.

Kondisi ini menuntut langkah ekstra dan keberanian pemerintah daerah dalam menggunakan sumber daya yang ada demi keselamatan warganya.

Lemahnya Layanan Kesehatan Pasca Banjir. Kritik selanjutnya menyasar pada minimnya layanan kesehatan setelah air mulai surut, yang mana fase ini sangat krusial untuk mencegah wabah penyakit.

Muslim menilai Penanganan Banjir Medan tidak boleh berhenti hanya pada saat air surut, melainkan harus berlanjut pada penanganan dampak kesehatan fisik dan mental korban.

Banyak laporan masuk mengenai warga, terutama anak-anak, yang mulai terserang demam dan penyakit kulit akibat kondisi pengungsian yang dingin dan sanitasi yang buruk.

“Anak-anak banyak yang demam, bayangkan mereka tiga hari di tempat pengungsian, dingin, susah tidur. Pemko Medan seharusnya membuka posko layanan kesehatan di setiap lokasi,”pungkasnya mengingatkan. (ayu)