SERGAI | Bisanews.id |Lanjut usia (lansia) sering kali dikaitkan dengan kondisi tidak berdaya dan rentan terhadap berbagai masalah kesehatan. Namun, tidak semua lansia mengalami hal tersebut, dan mereka yang berhasil mencapai usia lanjut memiliki potensi besar untuk tetap berkontribusi. Hal ini diungkapkan Ketua Gabungan Organisasi Penyelenggara Taman Kanak-kanak Indonesia (GOPTKI) Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), Ny. Hj. Aini Zetara Adlin Tambunan, dalam acara wisuda lansia di Aula Balai Rahmad Shah, P.T. Fajar Agung, Desa Bengabing, Kecamatan Pegajahan, Kamis (19/9/2024).
Menurut Aini Zetara, berdasarkan data Pendataan Keluarga (PK) 2023, Kabupaten Sergai memiliki 60.072 jiwa lansia, atau sekitar 12,99% dari total populasi. Angka ini menjadi tantangan tersendiri dalam mempersiapkan lansia yang sehat dan mandiri.
“Saat ini Indonesia menghadapi masalah kesehatan yang disebut triple burden, yaitu tingginya angka penyakit infeksi, meningkatnya penyakit tidak menular, serta munculnya kembali penyakit-penyakit yang seharusnya sudah bisa diatasi,” jelasnya. Aini menambahkan, hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan hipertensi adalah penyakit yang paling banyak dialami oleh lansia, dengan prevalensi sebesar 57,6%. Selain itu, ada pula penyakit seperti arthritis, stroke, penyakit jantung, serta masalah gigi dan mulut.
Ia menegaskan bahwa penanganan kesehatan pada lansia tidak mudah, karena umumnya penyakit lansia bersifat kronis dan membutuhkan perawatan jangka panjang dengan biaya yang tinggi. Namun, kondisi ini bisa dicegah dengan pendekatan yang tepat. Aini juga menyebut bahwa lansia memiliki peran penting sebagai subjek pembangunan berkelanjutan, dengan empat pilar utama yang harus diperhatikan: gaya hidup, lingkungan, nutrisi dan kesehatan, serta faktor sosial ekonomi.
“Lansia yang sehat harus diberdayakan agar tetap mandiri selama mungkin. Salah satu cara memberdayakan mereka adalah melalui pendirian sekolah lansia,” ungkapnya. Melalui program ini, lansia diajak untuk tetap aktif dan memanfaatkan pengalaman hidup yang mereka miliki. Lulusan sekolah lansia diharapkan dapat menjadi agen perubahan (agent of change) di lingkungan keluarga dan masyarakat.
“Bersama lansia, kita bisa. Karena mereka hadir dan membuat hidup lebih bermakna. Keluarga yang bahagia adalah keluarga yang menyayangi lansia,” tambahnya. Pemerintah Kabupaten Sergai, lanjutnya, mendukung penuh keberadaan Sekolah Lansia sebagai upaya untuk mewujudkan lansia yang sejahtera dan mandiri.
Dalam acara tersebut, sebanyak 27 peserta dari Sekolah Lansia Smile Desa Lestari Dadi dan 49 peserta dari Sekolah Lansia Berkah Desa Sukasari diwisuda sebagai lulusan pertama di Kabupaten Sergai. “Kami berharap sekolah lansia ini dapat diikuti oleh sekolah-sekolah lainnya di luar Kecamatan Pegajahan, dan menjadi wahana edukasi untuk menciptakan lansia yang sehat, sejahtera, dan mandiri,” tutup Aini.
Sementara itu, mewakili BKKBN Sumatera Utara, Samsul Rizal Lubis menekankan bahwa lansia merupakan kelompok rentan yang membutuhkan perhatian dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, swasta, dan lembaga swadaya masyarakat. “Sekolah lansia yang telah dilakukan ini diharapkan mampu mendukung pemangku kepentingan dalam merencanakan program pembangunan keluarga,” ujarnya.
Turut hadir dalam acara tersebut Manager PT Fajar Agung Suta Wijaya, Camat Pegajahan Abdi Rasoki Lungan, Kepala BP2KBP3A Helminur Iskandar, para kepala desa, serta tamu undangan lainnya.(Herry)





