MEDAN | Bisanews.id | Festival Koeli kontrak yang akan digelar 14-15 Januari 2023 di Desa Saintis, diproyeksikan akan dibuka oleh Musa Rajeksah Shah.
Hal ini dikatakan Agus Susilo selaku sekretaris kegiatan ini di Saintis, Jumat (13/1/23).
“Sampai hari ini, protokoler masih belum ada menyatakan pembatalan. Kita berharap tidak kendala, agar acara ini bisa dibuka oleh beliau, ” kata Agus.
Sebelumnya Ayub, penerima manfaat Dana Indonesiana untuk pengelolaan Ruang Terbuka Publik mengatakan Bangsal Tembakau yang dulu digunakan untuk menjemur tembakau kini ternyata sudah musnah.
Padahal bangsal tembakau yang jumlahnya ratusan itu merupakan warisan sejarah kelam yang keberadaannya justru sangat diperlukan guna kepentingan sejarah dan masa depan.
“Ya Festival Koeli Kontrak adalah sebuah kegiatan seni budaya yang bernuansa Jawa Deli, namun tujuannya untuk mengenang kembali peristiwa kelam tentang perburuhan di kebun tembakau Deli dan juga untuk kembali mempertanyakan tentang musnahnya bangsal tembakau yang bisa menjadi cagar budaya, ” ujar Ayub di Medan saat dijumpai.
Kata Ayub yang juga penggiat budaya dan teater ini, ide lahirnya Festival Koeli Kontrak, setelah melakukan riset dengan beberapa tamannya, Agus Susilo, menemukan bahwa saat ini bangsal tembakau sudah tak ada lagi.
“Kalau di Desa Saintis bangsal tembakau sudah ludes tak bersisa. Bahkan gudang tembakau yang ada tulisan 1926 itu juga sudah tidak ada. Bukan cuma di Saintis tapi di Sampali, di Helvetia, di Hamparan Perak, Bulu Cina dan Kelambir 5 juga sudah tak tampak lagi, ” terangnya.
Hal inilah yang membuat Ayub kemudian bersama rekannya Agus Susilo mencoba mengirim proposal ke Dana Indonesiana pada bulan Maret yang lalu. Syukur, proposal tersebut lolos dan kini tahap persiapan pelaksanaan.
“Jadi dengan adanya festival Koeli Kontrak ini kita berharap kepada pemerintah daerah agar sadar dan punya kepedulian terhadap bangsal tembakau yang mempunyai sejarah teramat dekat dengan masyarakat suku Jawa yang tinggal di Deli Serdang sekitarnya itu, ” sambungnya.
Para keturunan buruh tembakau yang tinggal di daerah sekitar Desa Saintis, Sampai ke Kelambir 5 tersebut, punya kenangan tersendiri terhadap bangsal-bangsal tembakau tersebut. Lantaran, kakek, nenek bahkan buyut mereka pernah mengalami masa-masa kelam saat menjadi Koeli kontrak di kebun tembakau.
“Oleh karenanya bangsal tembakau tidak boleh musnah. Pemerintah daerah harus merekontruksi bangunan bangsal tembakau agar anak cucu kita, tau ada perbudakan yang teramat kelam terhadap orang tua-tua kita tempo dulu, ” ujar Ayub.
Lanjut Ayub di Desa Saintis itu nantinya akan digelar berbagai kegiatan seni budaya. Acaranya antara lain, Seminar dan Diskusi, dengan pembicara, Sejarawan DR Ichwan Azhari, Atropolog DR Rosramadhana Nasution, Tokoh Jawa, Ir Soekirman dan Ahli Tembakau Deli yang juga Kepala Desa Saintis, Asma wito S Sos.
Kemudian pegelaran Ketoprak Dor dari Komunitas Langen Setia Prana Jaya, atraksi Kuda Lumping dari berbagai komunitas di Deli Serdang, Pawai Atribut Masa Lalu dan Kirab Budaya, Teater Rumah Mata yang akan menampilkan Mantera Bah Tuah dan Bazar Kuliner khas Jawa.
“Ada juga reog, tari-tarian, baca puisi, musikalisasi puisi, dari seniman dan budayawan yang ingin ikut memeriahkan festival unik ini yang dikemas dalam satu ruang bernama ‘Panggung Rakyat’, ” ujarnya.
Kata Ayub lagi, pihaknya mengaku harus berbuat yang berbeda dengan kegiatan Festival Budaya Jawa Deli yang sudah lebih dulu diselenggarakan.
“Sebab jika sama, maka tak perlu diloloskan Kemendikbud. Festival Koeli Kontrak perhelatan yang mengajak orang untuk ‘menggugat’ musnahnya bangsal tembakau yang merupakan cagar budaya. Oleh karenanya acaranya tidak hiburan semata, tetapi juga mengajak untuk merenungkan peristiwa-peristiwa masa lalu yang menimpa buruh Koeli Kontrak dan rubuhnya bangsal tembakau, ” sambungnya.
Juga kata Ayub lagi, ada prosesi mengajak penonton untuk ikut menabur bunga bersama-sama sebagai ritualisasi dari rasa berkabung atas musnahnya bangsal tembakau.
“Semula akan ditabur di eks gudang 1926. Namun mengingat sesuatu dan lain hal kita lakukan di intalasi. Tentunya diringi musik gamelan yang hikmat, ” tambahnya.
Seperti tertera dalam proposal, kegiatan ini ke depannya akan diplot menjadi destinasi parawisata sejarah kebun tembakau. Dimana kuliner bisa menjadi ciri khas. Selain kuliner kata Ayub, atribut masa lalu seperti dokar, kereta lembu, sepeda ontel, kostum mandor kebon akan menjadi daya tarik tersendiri.
“Kita berharap tidak jalan sendiri dalam mengembangkan kebudayaan yang kini menjadi primadona dalam pembangunan karakter kebangsaan. Tanpa kehadiran negara segalanya tak mungkin terwujud, ” tandasnya.





