Medan | bisanews.id | Keberhasilan yang diraih para atlet Popnas Sumut tahun 2025, tak memenuhi ekspektasi sesuai harapan Gubsu Bobby Nasution.
Padahal persiapan diketahui para pemerhati olahraga daerah ini sudah jauh-jauh hari dilakukan di Pusat Pembinaan dan Pelatihan Pelajar (PPLP) Sumut dan di Pusat Pelatihan dan Latihan Daerah (PPLD).
Untuk itulah, rasa prihatin ini harus disikapi serius setiap pengprov olahraga yang mana menyerahkan para atlet untuk dibina di PPLP dan PPLD Sumut benar-benar atlet dan bukan karbitan.
Contoh mulai msnanjaknya prestasi di Popnas dari peringkat 11 pada tahun 2019 lalu menembus peringkat 10 nasional saat berlaga di Palembang Sumatera Selatan pada tahun 2023 dengan 8 emas, 11 perak dan 10 perunggu, malah turunnya parah ke peringkat 13 nasional lewat raihan 4 emas, 13 perak, dan 20 perunggu berarti menjadi cerminan sia-sia saat penggunaan daria yang diambil dari APBN dan APBD saat menjalankan program pembinaan atlet mengingat perjalanan menuju Pekan Olahraga Provinsi Sumatera Utara (Porprovsu) waktu terus berjalan.
Padahal Gubernur Sumatera Utara, Bobby Afif Nasution, berharap kontingen daerah ini bisa meraih prestasi terbaik di ajang Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) XVII 2025. Bobby Nasution juga berharap capaian prestasi tahun ini lebih baik dari Popnas 2019 dan 2023.
Bobby Nasution meminta para atlet Sumut harus memiliki mental juara dan pejuang sekaligus bisa mengerahkan semua kekuatan saat bertanding.
Bobby Nasution juga memastikan, pemerintah akan tetap komitmen memberikan penghargaan kepada mereka baik atlet dan pelatih yang sukses persembahkan medali.
“Kalau Popnas 2019 Sumut berada di peringkat 11, kemudian Popnas 2023 peringkat 10, kalau bisa tahun ini meningkat lagi di atas capaian tersebut. Apalagi, bonus menanti dan akan kita siapkan di 2026,” menirukan ucapan Bobby Nasution pada pelepasan kontingen Sumut di Aulia Raja Inal Siregar, Kantor Gubernur Sumut, Kamis (30/10/2025) lalu.
Dan pada Popnas 2025 di Jakarta mulai 1 hingga 10 November, Sumut total berkekuatan 249 orang, terdiri dari 177 atlet, 36 pelatih, 16 official, 14 pendamping, serta 6 tim kesehatan.
Dengan mengikuti 17 cabang olahraga, yakni sepak bola, renang, atletik, angkat besi, wushu, panahan. Kemudian senam, tinju, Judo, taekwondo, karate, pencak silat, panjat tebing, gulat, bola basket, tenis lapangan, balap sepeda.
Jadi karena prestasi atlet pelajar Sumut menurun inilah, beberapa pemerhati olahraga daerah ini berkumpul di Aksara Kuphi, Senin (10/11/2025) guna membahas dan mencari solusi apa penyebab bisa keluar dari zona 10 besar.
Seperti dua mantan Ketua SIWO PWI Sumut, SR Hamonangan Panggabean, Ariadi, mantan pengurus SIWO PWI Sumut, Syawal Rifai Malau, Ayub Kesuma Siregar dan ditambah dua pemerhati olahraga daerah ini, Husni Lubis, Ispan Wahyudi serta pengurus SIWO PWI Sumut priode sekarang, Pujianto tampak serius membahas soal kegagalan daerah ini bertahan diposisi 10 besar nasional.
SR Hsmonsngan Panggabean mengatakan, dengan kegagalan Sumut bertahan diposisi 10 besar, sudah seharusnya kita mengetahui sejauah mana pola perekrutan atlet yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga Provinsi Sumatera Utara.
“Sebab dua tahun belakangan ini kalau tak salah, perekrutan baik pelatih dan atlet tidak pernah lagi melibatkan media. Jadi bisa saja seperti membeli kucing dalam karung,” kata Monang yang diaminkan Ariadi.
Anehnya lagi tambah Monang, kalaulah efesiensi kenapa beberapa waktu lalu, ada yang menawarkan masih bisa diberitakan di media soal perekrutan atlet yang akan dibina di PPLP Sumut.
“Ada apa, apa karena sudah mau tutup tahun mengingat sisa anggaran belanja masih ada agar tak dipulangkan ke negara?,” ucap Monang lagi.
Untuk itulah, Ayub Kesuma lebih menginginkan diadakan pertemuan dengan pihak Disporasu dan pengprov olahraga agar para wartawan bisa mengetahui sejauh mana benar atau tidaknya tatacara perekrutan pelatih dan atlet.
Sementara Syawal Rifai mengatakan, sudah pernah menyampaikan prihal perekrutan pelatih dan atlet, namun tak memuaskan yang contohnya pelatih sepakbola.
Sedangkan Husni Lubis msngatakan, dari pembahasan tersebut, ia lebih memilih dilakukan pemantauan setelah itu dilakukan evaluasi kinerja yang harus dilibatkan wartawan olahraga sebagai pemantau atlet dari setiap cabor yang masuk dalam program pembinaan baik jangkau pendek dan panjang.
“Tak ada yang tak bisa asal kita bangun kesepakatan bersama untuk sebuah kemajuan olahraga daerah ini kedepan,” kata Husni mengakhiri. (ayu)





