SAMOSIR | Bisanews.id | Gaji Tim Bupati untuk Percepatan Pembangunan (TBPP) Kabupaten Samosir sebesar Rp 17 juta/orang per bulan perlu dikaji ulang.
Hal itu ditegaskan Wakil Bupati (Wabup) Samosir, Martua Sitanggang, pada acara Temu Pers Refleksi Satu Tahun Pemerintahan Bupati/Wakil Bupati Samosir, Vandico T. Gultom/Martua Sitanggang, di Aula Kantor Bupati Samosir, Selasa (27/4/2022).
“Kami juga berharap terkait gaji TBPP ini perlu dikaji ulang. Kalau memang bisa biar dibuat surat ketegasan bahwa itu tidak menyalahi, sehingga Bupati tidak tersandung, dan mana dasar hukumnya. Kalau memang tidak bisa, ya coret. TBPP digaji 17 juta. Hampir 100 juta sebulan. Kalau untuk THL sudah 60 orang. Jangan nanti di medsos dibully terus Pak Bupati kita. Saya satu pasang dengan beliau, saya juga jadi tersandung. Saya mau jawab, kurang etis,” ujar Maratua.
Rilis yang beredar di grup WhatsApp Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Sumut menyebutkan, pernyataan itu dilontarkan Martua menyikapi sorotan masyarakat terkait gaji TBPP Samosir. Maratua menjelaskan, pihaknya sudah pernah mempertanyakannya kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Tapi belum mendapat jawaban.
Pada kesempatan itu Martua juga menyinggung tujuh daerah yang berada di Kawasan Danau Toba, sepengetahuan dia sampai saat ini belum memiliki TBPP. Di Simalungun pernah diusulkan, tapi dicoret, karena penggajiannya tidak boleh menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Lalu Bupati membayar dari insentif PAD, sehingga lolos 2 orang.
Menjawab pertanyaan wartawan tentang keberadaan enam personel TBPP Samosir pada acara temu pers itu, awalnya Maratua mengatakan gaji sebesar Rp 17 juta tersebut sudah sesuai peruntukannya.
Karena, menurut Martua, Kabupaten Samosir mempunyai program berbagai sektor, diantaranya pertanian, perikanan, pendidikan dan kesehatan, serta pengembangan pariwisata, yang harus dilakukan percepatan pembangunannya.
“Misalnya pertanian, itu prioritas. Bagaimana mempercepat pertanian di Kabupaten Samosir dan menghasilkan hasil pertanian yang unggulan. Itu harus ada kreasi dan inovsi seseorang. Ini biasanya ahli atau akademisi. Dia membuat suatu konsep pertanian kedepannya, misalnya jagung atau kopi. Ini yang kita butuhkan untuk percepatan pembangunan”, kata Maratua.
Kemudian, lanjutnya, bidang pariwisata. Bagaimana pariwisata bisa berkembang, misalnya mencari situs-situs, mencari desa potensial untuk dijadikan objek wisata yang bisa menghidupi masyarakat setempat.
“Konsep ini yang kami butuhkan. Bagaimana bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bagaimana rakyat Samosir bisa sejahtera. Visi misi kami juga mensejahterakan masyarakat Samosir. Konsep-konsep itu yang kami butuhkan”, ujarnya.